Selasa, 31 Januari 2023

Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia Fase E : Struktur Teks Negosiasi


KEGIATAN PEMBELAJARAN 2

StrukturTeks Negosiasi


Sebagai sebuah teks, teks negosiasi memiliki struktur sendiri, yaitu orientasi, pengajuan, penawaran, dan persetujuan. Berikut ini contoh bagian-bagian struktur teks negosiasi.



Setelah mencermati struktur teks negosiasi di atas, kalian dapat lebih memahami struktur teks negosiasi dengan mendiskusikan beberapa pertanyaan berikut ini.



Belajar, Berbagi dan Tumbuh Bersama . . . !

Senin, 30 Januari 2023

Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas XII : Menyusun Esai dengan Memerhatikan Struktur, Kaidah dan Langkah-langkahnya.


KEGIATAN PEMBELAJARAN 3

Menyusun Esai dengan Memerhatikan Struktur, Kaidah dan Langkah-langkahnya


A. Tujuan Pembelajaran


Setelah mempelajari kegiatan pembelajaran 3 ini diharapkan: dapat menyusun esai dengan memerhatikan struktur, kaidah dan langkah-langkahnya.


B. Uraian Materi


        1. Pengertian Esai

       Esai adalah Suatu tulisan yang menggambarkan opini penulis tentang subyek tertentu yang coba dinilainya. Bentuk karangan esai dapat berupa formal atau informal. Esai sering juga disebut dengan artikel, tulisan atau komposisi. Secara umum, esai didefinisikan sebagai sebuah karangan singkat yang berisi pendapat atau argumen penulis tentang suatu topik.


        2Struktur Esai

            a.   Pendahuluan: struktur awal pembangun kerangka dari esai. 

                 Pendahuluan biasanya akan mengungkapkan secara sekilas topik atau tema 

                 yang akan diangkat pada keseluruhan esai.

            b.   Bagian isi: Bagian ini merupakan bagian inti dari struktur pembangun esai. 

                 Pada bagian ini, topik atau tema yang telah dipilih sebelumnya akan dibahas 

                 dan dijelaskan secara lebih rinci dan mendetail

            c.   Penutup atau Kesimpulan: Seperti namanya, bagian penutup merupakan 

                 bagian terakhir dalam menyusun sebuah esai.


         3. Kaidah Esai

                a.      Baku

          Struktur yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa indonesia baku, 

          baik mengenai struktur kalimat maupun kata. Demikian juga, pemilihan 

          kata/istilah,dan penulisan sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa 

          Indonesia (PUEBI)

          b.      Logis

          Ide atau pesan yang disampaikan melalui bahasa indonesia ragam ilmiah 

          dapat diterima akal

          c.      Ringkas

          Ide dan gagasan diungkapkan dengan kalimat pendek sesuai dengan 

          kebutuhan,pemakaian kata seperlunya, tidak berlebihan, tetapi isinya 

          bernas

          d.     Runtun

          Ide diungkapkan secara teratur sesuai dengan urutan dan tingkatannya 

          baik dalam kalimat maupun dalam paragraf

          e.      Denotatif

          Kata yang diungkapkan dengan kalimat pendek sesuai dengan kebutuhan,

          pemakaian kata seperlunya, tidak berlebihan, tetapi isinya bernas.



        4. Tipe-tipe Esai

            a. Esai deskriptif. Esai jenis ini dapat meluliskan subjek atau objek apa saja yang 

                dapat menarik perhatian pengarang. Ia bisa mendeskripsikan sebuah rumah, 

                sepatu, tempat rekreasi dan sebagainya. 


            b. Esai tajuk. Esai jenis ini dapat dilihat dalam surat kabar dan majalah. Esai ini 
                mempunyai satu fungsi khusus, yaitu menggambarkan pandangan dan sikap 
                surat kabar/majalah tersebut terhadap satu topik dan isyu dalam masyarakat. 
                Dengan Esai tajuk, surat kabar tersebut membentuk opini pembaca. Tajuk 
                surat kabar tidak perlu disertai dengan nama penulis. 

            c. Esai cukilan watak. Esai ini memperbolehkan seorang penulis membeberkan 
                beberapa segi dari kehidupan individual seseorang kepada para pembaca. 
                Lewat cukilan watak itu embaca dapat mengetahui sikap penulis terhadap tipe 
                pribadi yang dibeberkan. Disini penulis tidak menuliskan biografi. Ia hanya 
                memilih bagian bagian yang utama dari kehidupan dan watak pribadi tersebut. 

            d. Esai pribadi, hampir sama dengan esai cukilan watak. Akan tetapi esai 
                pribadi ditulis sendiri oleh pribadi tersebut tentang dirinya sendiri. 
                Penulis akan menyatakan “Saya adalah saya. Saya akan menceritakan kepada 
                saudara hidup saya dan pandangan saya tentang hidup”. Ia membuka tabir 
                tentang dirinya sendiri. 

            e. Esai reflektif. Esai reflektif ditulis secara formal dengan nada serius. Penulis 
                mengungkapkan dengan dalam, sungguh-sungguh, dan hati-hati beberapa 
                topik yang penting berhubungan dengan hidup, misalnya kematian, politik, 
                pendidikan, dan hakikat manusiawi. Esai ini ditujukan kepada para 
                cendekiawan. 

            f. Esai kritik. Dalam esai kritik penulis memusatkan diri pada uraian tentang seni, 
                misalnya, lukisan, tarian, pahat, patung, teater, kesusasteraan. Esai kritik bisa 
                ditulis tentang seni tradisional, pekerjaan seorang seniman pada masa lampau, 
                tentang seni kontemporer. Esai ini membangkitkan kesadaran pembaca 
                tentang pikiran dan perasaan penulis tentang karya seni. Kritik yang 
                menyangkut karya sastra disebut kritik sastra.

        4. Contoh Esai

            Contoh Esai

Perda Kesenian dan Rumah Hantu
Oleh: Teguh W. Sastro


Beberapa waktu lalu Dewan Kesenian Surabaya (DKS) melontarkan keinginan agar Pemkot Surabaya memiliki Perda (Peraturan Daerah) Kesenian. Namanya juga peraturan, dibuat pasti untuk mengatur. Tetapi peraturan belum tentu tidak ada jeleknya. Tetap ada jeleknya. Yakni, misalnya, jika peraturan itu justru potensial destruktif.

Contohnya jika dilahirkan secara prematur. Selain itu, seniman kan banyak ragamnya. Ada yang pinter (pandai) dan ada juga yang keminter (sok tahu). Oleh karenanya, pertentangan di antara mereka pun akan meruncing, misalnya, soal siapa yang paling berhak mengusulkan dan kemudian memasukkan pasal-pasal ke dalam rancangan Perda itu.

Sejauhmana keterlibatan seniman di dalam proses pembuatan Perda itu, dan seterusnya. Itu hanya salah satu contoh persoalan yang potensial muncul pada proses pembuatan Perda itu, belum sampai pada tataran pelaksanaannya. Hal ini bukannya menganggap bahwa adanya peraturan itu tidak baik, terutama menyangkut Perda Kesenian di Surabaya. Menyangkut sarana dan prasarana, misalnya, bolehlah dianggap tidak ada persoalan yang signifikan di Surabaya. Akan tetapi, bagaimana halnya jika menyangkut mental dan visi para seniman dan birokrat kesenian sendiri?


C. Rangkuman Materi

  1. Esai karangan prosa yang membahas suatu masalah secara sepintas lalu dari sudut pandang pribadi penulisnya.
  2. Kritik: tanggapan, kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap suatu hasil karya.

Belajar, Berbagi dan Tumbuh Bersama . . . !

Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas XII : Menyusun Kritik dan Esai dengan Memerhatikan Aspek Pengetahuan dan Pandangan penulis



KEGIATAN PEMBELAJARAN 2 

Menyusun Kritik dan Esai dengan Memerhatikan Aspek Pengetahuan dan Pandangan penulis


A. Tujuan Pembelajaran


Setelah mempelajari kegiatan pembelajaran 2 ini diharapkan: dapat menyusun kritik dan esai dengan memerhatikan aspek pengetahuan dan pandangan penulis


B. Uraian Materi


    Menyusun Kritik Sastra

    1. Pengertian Kritik

      Kritik adalah Suatu ungkapan atau tanggapan mengenai baik atau buruknya suatu tindakan yang akan atau sudah dibuat. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1997 : 531 ), disebutkan kritik adalah kecaman atau tanggapan, kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap sesuatu hasil karya, pendapat, dan sebagainya. Selain itu, menurut Sutopo (2011) kritik merupakan analisis secara langsung dengan mempertimbangkan baik buruknya suatu karya, penerangan, dan penghakiman karya. Kritik meliputi tiga bidang, yaitu teori dan sejarah.


    2. Struktur Kritik

        a. Evaluasi: berisi pernyataan umum mengenai suatu yang akan disampaikan.

        b. Deskripsi Teks: bagian isi teks tanggapan kritis, memuat informasi tentang data-

            data dan pendapat-pendapat yang mendukung pernyataan atau melemahkan 

            pernyataan.

        c. Penegasan Ulang: bagian terakhir teks, berisi penegasan ulang mengenai suatu 

            yang sudah dilakukan atau diputuskan.


    3. Kaidah Kritik

        a. Kalimat kompleks: kalimat yang memiliki lebih dari 2 struktur dan 2 verba.

        b. Konjungsi: kata penghubung yang menghubungkan setiap kata dan struktur.

        c. Kata Rujukan: sesuatu yang digunakan oleh penulis untuk memperkuat 

            pernyataan dengan tegas. Dikenal juga dengan sebutan referensi.

        d. Pilihan Kata: pemilihan kata yang sesuai dalam penggunaan sekaligus 

            pembuatan teks tanggapan kritis.


    4. Ciri-ciri Kritik

        a. Bersifat menanggapi atau mengomentari karya orang lain

        b. Menunjukkan kelebihan dan kekurangan

        c. Memberi saran perbaikan

        d. Bertujuan menjembatani pemahaman pembaca


    5. Jenis-jenis Kritik Berdasarkan Penerapannya

        a. Kritik induktif adalah kritik dengan memperhatikan unsur-unsur yang ada di 

            dalam karya.

        b. Kritik judisial adalah kritik kritik yang menganalisis dan menerangkan efek-efek 

            karya berdasarkan permasalahannya, oraganisasinya, teknik, serta gaya 

            kepenulisannya. Kritik ini atas dasar standar umum tentang kehebatan dan 

            kebiasaan.

        c. Kritik Impresionik adalah kritik yang berusaha menggambarkan sifat khusus 

            dalam sebuah karya serta mengekspresikan tanggapan kritikus yang ditimbulkan 

            secara langsung oleh karya tersebut.


    6. Jenis-jenis Kritik Berdasarkan Cara Kerja Kritikus

        a. Kritik impresionistik adalah kritik yang berupa kesan-kesan pribadi secara 

            subjektif terhadap sebuah karya, di sini selera pribadi amat berperan. Padahal 

            selera  pribadi itu berubah-ubah setiap saat sesuai dengan perkembangan 

            kepribadian orang itu.

        b. Kritik penghakiman adalah kritik yang bekerja secara deduksi dengan berpegang 

            teguh pada ukuran-ukuran tertentu, untuk menetapkan apakah sebuah karya itu 

            baik atau tidak.

        c. Kritik teknis adalah kritik yang bertujuan menunjukan kelemahan-kelemahan 

            tertentu dari sebuah karya agar pengarangnya dapat memperbaiki kesalahan-

            kesalahan dikemudian hari.


7. Prinsip-prinsip Penulisan Kritik

    a. penulis harus secara terbuka mengemukakan dari sisi mana ia menilai karya sastra 

        tersebut

    b. penulis harus objektif dalam menilai

    c. penulis harus menyertakan bukti dari teks yang dikritiknya


8. Cara Penulisan Kritik yang Baik dan Benar

    a. Menentukan tema atau topik yang akan ditulis atau dikritik

    b. Mengumpulkan bahan-bahan referensi pendukung

    c. Mengidentifikasi unsur-unsur yang mendukung dan kontra

    d. Memilih unsur-unsur yang dapat mendukung tema

    e. Memulai untuk menulis kritik

    f. Membaca dan melakukan pengeditan ulang untuk revisi

    g. Mengirimkan ke media massa cetak


9. Contoh Kritik

    Contoh Kritik


Kebangkitan Tradisi Sastra Kaum Bersarung
Penulis: Purwana Adi Saputra


Selama ini, entah karena dinafikan atau justru karena menafikan fungsinya sendiri, kaum pesantren seolah tersisih dari pergulatan sastra yang penuh gerak, dinamika, juga anomali. Bahkan, di tengah-tengah gelanggang sastra lahir mereka yang menganggap bahwa kaum santrilah yang mematikan sastra dari budaya bangsa. Di setiap pesantren, kedangkalan pandangan membuat mereka menarik kesimpulan picik bahwa santri itu hanya percaya pada dogma dan jumud.


Mereka melihat tradisi hafalan yang sebenarnyalah merupakan tradisi Arab yang disinkretisasikan sebagai bagian dari budaya belajarnya, telah membuat kaum bersarung ini kehilangan daya khayal dari dalam dirinya. Dengan kapasitasnya sebagai sosok yang paling berpengaruh bagi transfusi budaya bangsa ini, dengan seenaknya ditarik hipotesis bahwa pesantrenlah musuh pembudayaan sastra yang sebenarnya. Kaum bersarung adalah kaum intelektualis yang memarjinalkan sisi imaji dari alam pikirnya sendiri. Pesantren adalah tempat yang pas buat mematikan khayal. Pesantren adalah institut tempat para kiai dengan


Belajar, Berbagi dan Tumbuh Bersama . . . !

Minggu, 29 Januari 2023

Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas XII : Membandingkan Kritik dan Esai


KEGIATAN PEMBELAJARAN 1
Membandingkan Kritik dan Esai


A. Tujuan Pembelajaran


Setelah mempelajari kegiatan pembelajaran 1 ini diharapkan Kalian dapat mengetahui bagaimana membandingkan kritik dan esai dengan kritis, kreatif dan mandiri.


B. Uraian Materi


1. Pengertian kritik

Kritik merupakan penilaian terhadap suatu karya secara seimbang, baik kelemahan maupun kelebihannya. Karya yang dikritik biasanya berupa karya seni, baik karya astra, musik, lukis, buku, maupun film. Fokus dari kritik adalah menilai karya.


2. Pengertian esai

Esai merupakan karangan prosa yang membahas suatu masalah secara sepintas lalu dari sudut pandang pribadi penulisnya. Fokus dari esai mengarah pada cara pandang seseorang terhadap suatu objek atau peristiwa.

Kritik dan esai adalah dua jenis tulisan yang hampir sama. Keduanya sama-sama mengungkapkan pendapat atau argumen. Namun, penulis kritik dan esai haruslah melakukan analisis dan penilaian secara objektif terlebih dahulu agar dapat dipercaya.


Berdasarkan pengetahuan (isi) yang dikaji di dalamnya, perbandingan kritik dan esai dapat dilihat pada tabel berikut ini.


Tabel 1: Perbandingan Kritik dan Esai Berdasarkan Pengetahuan yang Disajikan

Dilihat dari pandangan penulisnya, perbandingan kritik dan sastra dapat diringkas sebagai berikut.


           Tabel 2: Perbandingan Kritik dan Esai Berdasarkan Pandangan Penulisnya



C. Rangkuman

 

1.    Kritik penilaiannya bersifat obyektif dan esai bersifat subyektif.

2.    Kritik menampilkan deskripsi karya tetapi esai tidak menampilkan deskripsi karya.

3.    Kritik Menyajikan data obyektif. Sedangkan esai tidak membutuhkandata.

 

D. Penugasan Mandiri

Berdasarkan perbandingan di atas, bacalah dua teks berikut ini. Tentukanlah mana yang merupakan teks kritik dan mana yang merupakan teks esai. Jelaskan alasanmu!


Teks 1


Gerr
Oleh: Gunawan Muhammad

 

Di depan kita pentas yang berkecamuk. Juga satu suku kata yang meledak: ”Gerrr”, ”Dor”, ”Blong”, ”Los”. Atau dua suku kata yang mengejutkan dan membingungkan: ”Aduh”, ”Anu”. Di depan kita: panggung Teater Mandiri.

 

Teater Mandiri pekan ini berumur 40 tahun—sebuah riwayat yang tak mudah, seperti hampir semua grup teater di Indonesia. Ia bagian dari sejarah Indonesia yang sebenarnya penting sebagai bagian dari cerita pembangunan ”bangun” dalam arti jiwa yang tak lelap tertidur. Putu Wijaya, pendiri dan tiang utama teater ini, melihat peran pembangunan ini sebagai ”teror”—dengan cara yang sederhana. Putu tak berseru, tak berpesan. Ia punya pendekatan tersendiri kepada kata.

 

Pada Putu Wijaya, kata adalah benda. Kata adalah materi yang punya volume di sebuah ruang, sebuah kombinasi bunyi dan imaji, sesuatu yang ~sik yang menggebrak persepsi kita. Ia tak mengklaim satu makna. Ia tak berarti: tak punya isi kognitif atau tak punya manfaat yang besar. Ini terutama hadir dalam teaternya—yang membuat Teater Mandiri akan dikenang sebagai contoh terbaik teater sebagai peristiwa, di mana sosok dan benda yang tak berarti dihadirkan. Mungkin sosok itu (umumnya tak bernama) si sakit yang tak jelas sakitnya. Mungkin benda itu sekaleng kecil balsem. Atau selimut—hal-hal yang dalam kisah-kisah besar dianggap sepele. Dalam teater Putu Wijaya, justru itu bisa jadi fokus.

 

Bagi saya, teater ini adalah ”teater miskin” dalam pengertian yang berbeda dengan rumusan Jerzy Grotowski. Bukan karena ia hanya bercerita tentang kalangan miskin. Putu Wijaya tak tertarik untuk berbicara tentang lapisanlapisan sosial. Teater Mandiri adalah ”teater miskin” karena ia, sebagaimana yang kemudian dijadikan semboyan kreatif Putu Wijaya, ”bertolak dari yang ada”.

 

Saya ingat bagaimana pada tahun 1971, Putu Wijaya memulainya. Ia bekerja sebagai salah satu redaktur majalah Tempo, yang berkantor di sebuah gedung tua bertingkat dua dengan lantai yang goyang di Jalan Senen Raya 83, Jakarta. Siang hari ia akan bertugas sebagai wartawan. Malam hari, ketika kantor sepi, ia akan menggunakan ruangan yang terbatas dan sudah aus itu untuk latihan teater. Dan ia akan mengajak siapa saja: seorang tukang kayu muda yang di waktu siang emperbaiki bangunan kantor, seorang gelandangan tua yang tiap malam istirahat di pojok jalan itu, seorang calon fotograf yang gagap. Ia tak menuntut mereka untuk berakting dan mengucapkan dialog yang cakap. Ia membuat mereka jadi bagian teater sebagai peristiwa, bukan hanya cerita.

 

Dari sini memang kemudian berkembang gaya Putu Wijaya: sebuah teater yang dibangun dari dialektik antara ”peristiwa” dan ”cerita”, antara kehadiran aktor dan orang-orang yang hanya bagian komposisi panggung, antara kata sebagai alat komunikasi dan kata sebagai benda tersendiri. Juga teater yang hidup dari tarik-menarik antara patos dan humor, antara suasana yang terbangun utuh dan disintegrasi yang segera mengubah keutuhan itu. Orang memang bisa ragu, apa sebenarnya yang dibangun (dan dibangunkan) oleh teater Putu Wijaya. Keraguan ini bisa dimengerti. Indonesia didirikan dan diatur oleh sebuah lapisan elite yang berpandangan bahwa yang dibangun haruslah sebuah ”bangunan”, sebuah tata, bahkan tata yang permanen. Elite itu juga menganggap bahwa kebangunan adalah kebangkitan dari ketidaksadaran. Ketika Putu Wijaya memilih kata ”teror” dalam hubungan dengan karya kreatifnya, bagi saya ia menampik pandangan seperti itu. Pentasnya menunjukkan bahwa pada tiap tata selalu tersembunyi chaos, dan pada tiap ucapan yang transparan selalu tersembunyi ketidaksadaran.


Sartre pernah mengatakan, salah satu motif menciptakan seni adalah ”memperkenalkan tata di mana ia semula tak ada, memasangkan kesatuan pikiran dalam keragaman hal-ihwal”. Saya kira ia salah. Ia mungkin berpikir tentang keindahan dalam pengertian klasik, di mana tata amat penting. Bagi saya Teater Mandiri justru menunjukkan bahwa di sebuah negeri di mana tradisi dan antitradisi berbenturan (tapi juga sering berkelindan), bukan pengertian klasik itu yang berlaku.

 

Pernah pula Sartre mengatakan, seraya meremehkan puisi, bahwa ”kata adalah aksi”. Prosa, menurut Sartre, ”terlibat” dalam pembebasan manusia karena memakai kata sebagai alat mengomunikasikan ide, sedangkan puisi tidak. Namun, di sini pun Sartre salah. Ia tak melihat, prosa dan puisi bisa bertaut—dan itu bertaut dengan hidup dalam teater Putu Wijaya. Puisi dalam teater ini muncul ketika keharusan berkomunikasi dipatahkan. Sebagaimana dalam puisi, dalam sajak Chairil Anwar apalagi dalam sajak Sutardji Calzoum Bachri, yang hadir dalam pentas Teater Mandiri adalah imaji-imaji, bayangan dan bunyi, bukan pesan, apalagi khotbah. Hal ini penting, di zaman ketika komunikasi hanya dibangun oleh pesan verbal yang itu-itu saja, yang tak lagi akrab dengan diri, hanya hasil kesepakatan orang lain yang kian asing.

 

Sartre kemudian menyadari ia salah. Sejak 1960-an, ia mengakui bahwa bahasa bukan alat yang siap. Bahasa tak bisa mengungkapkan apa yang ada di bawah sadar, tak bisa mengartikulasikan hidup yang dijalani, le vecu. Ia tentu belum pernah menyaksikan pentas Teater Mandiri, tapi ia pasti melihat bahwa pelbagai ekspresi teater dan kesusastraan punya daya ”teror” ketika, seperti Teater Mandiri, menunjukkan hal-hal yang tak terkomunikasikan dalam hidup. Sebab yang tak terkatakan juga bagian dari ”yang ada”. Dari sana kreativitas yang sejati bertolak.


Teks 2

 

Menimbang Ayat-Ayat Cinta

 

Karya sastra yang baik juga bisa menggambarkan hubungan antarmanusia, manusia dengan lingkungan dan manusia dengan Tuhan. Ini karena dalam karya sastra seharusnya terdapat ajaran moral, sosial sekaligus ketepatan dalam pengungkapan karya sastra.

 

Begitu pula yang ingin disampaikan oleh Habiburrachman El Shirazy dalam novelnya yang berjudul Ayat-ayat Cinta. Novel yang kemudian menjadi fenomena tersendiri dalam perjalanan karya sastra Indonesia, terutama yang beraliran islami, karena penjualannya mampu mengalahkan buku-buku yang digandrungi, seperti Harry Potter ini mengusung tema cinta islami yang dihiasi dengan kon~ ik-kon~ ik yang disusun dengan apik oleh penulisnya.

 

Novel ini mengisahkan perjalanan cinta antara 2 anak manusia, Fahri sebagai pelajar Indonesia yang belajar di Mesir, dan Aisha, seorang gadis Turki. Meskipun mengusung tema cinta tidak lantas membuat novel ini membahas cinta erotis antara laki-laki dan wanita. Banyak cinta lain yang masih bisa digambarkan, seperti cinta pada sahabat, kekasih hidup, dan tentu saja pada cinta sejati, Allah Swt. Perjalanan cinta yang tidak biasa digambarkan oleh Habiburrachman.

 

Nilai dan budaya Islam sangat kental dirasakan oleh pembaca pada setiap bagiannya. Bahkan, hampir di tiap paragraf kita akan menemukan pesan dan amanah. Ya, katakan saja paragraf yang sarat dengan amanah. Namun, dengan bentuk yang seperti itu tidak kemudian membuat novel ini menjadi membosankan untuk dibaca karena penulis tetap menggunakan katakata sederhana yang mudah dipahami dan tidak terkesan menggurui. Gaya penulis untuk mengungkapkan setiap pesan justru menyadarkan kita bahwa sedikit sekali yang baru kita ketahui tentang Islam.

 

Latar yang Dilukis Sempurna

Hal lain yang pantas untuk diunggulkan dalam novel ini adalah kemampuan Habiburrachman untuk melukiskan latar dari tiap peristiwa, baik itu tempat kejadian, waktu, maupun suasananya. Ia dapat begitu fasih untuk menggambarkan tiap lekuk bagian tempat yang ia jadikan latar dalam novel tersebut ditambah dengan gambaran suasana yang mendukung sehingga seakan-akan mengajak pembaca untuk berwisata dan menikmati suasana Mesir di Timur Tengah lewat karya tulisannya.

Bukan hal yang aneh kemudian ketika memang ’Kang Abik’, begitu penulis sering dipanggil, mampu untuk menggambarkan latar yang bisa dikatakan sempurna itu. Ia memang beberapa tahun hidup di Mesir karena tuntutan belajar. Akan tetapi, tidak menjadi mudah juga untuk mengungkapkan setiap tempat yang dijadikan latar. Bahkan oleh orang Mesir sendiri memang tidak memiliki sarana bahasa yang tepat untuk mengungkapkan apa yang ingin ia sampaikan.

 

Alur cerita juga dirangkai dengan begitu baik. Meskipun banyak menggunakan alur maju, cerita berjalan tidak monoton. Banyak peristiwa yang tidak terduga menjadi kejutan. Konflik yang dibangun juga membuat novel ini layak menjadi novel kebangkitan bagi sastra islami setelah merebaknya novel- novel teenlit. Banyak kejutan, banyak inspirasi yang kemudian bisa hadir dalam benak pembaca. Bahkan bisa menjadi semacam media perenungan atas berbagai masalah kehidupan.

 

Karakter Tokoh yang Terlalu Sempurna

Satu hal yang ditemukan terlihat janggal dalam novel ini adalah karakter tokoh, yaitu Fahri yang digambarkan begitu sempurna dalam novel tersebut. Maksud penulis di sini, mungkin ia ingin menggambarkan sosok manusia yang benar-benar mencitrakan Islam dengan segala kebaikan dan kelembutan hatinya. Hal yang menjadi janggal jika sosok yang digambarkan begitu sempurna sehingga sulit atau bahkan tidak ditemukan kesalahan sedikit pun padanya.

 

Jika dibandingkan dengan karya sastra lama milik Tulis Sutan Sati, mungkin akan ditemukan kesamaan dengan karakter tokoh Midun dalam Roman Sengsara Membawa Nikmat yang berpasangan dengan Halimah sebagai tokoh wanitanya. Dalam roman tersebut, Midun juga digambarkan sebagai sosok pemuda yang sempurna dengan segala bentuk asik dan kebaikan hatinya. Hanya saja, di sini penggambarannya tidak menggunakan bahasa-bahasa yang langsung menunjukkan kesempurnaan tersebut sehingga tidak terlalu kentara. Ini di luar bahasa karya sastra lama yang cenderung suka melebih-lebihkan (hiperbola). Perbedaan yang lain adalah tidak banyak digunakannya istilahistilah islami dalam roman tersebut daripada novel Ayat-ayat Cinta.

 

Pembaca yang merasakan hal ini pasti akan bertanya-tanya, adakah sosok yang memang bisa sesempurna tokoh Fahri tersebut. Meskipun penggambaran karakter tokoh diserahkan sepenuhnya pada diri penulis, tetapi akan lebih baik jika karakter tokoh yang dimunculkan tetap memiliki keseimbangan. Dalam arti, jika tokoh yang dimunculkan memang berkarakter baik, maka paling tidak ada sisi lain yang dimunculkan. Akan tetapi, tentu saja dengan porsi yang lebih kecil atau bisa diminimalisasikan. Jangan sampai karakter ini dihilangkan karena pada kenyataannya tidak ada sosok yang sempurna, selain Rasulullah.


Buatlah perbandingan isi teks 1 dan teks 2 dengan menggunakan tabel berikut ini.



Buatlah perbandingan cara pandang penulis kedua teks di atas dengan menggunakan tabel berikut.



E. Latihan Soal

Cermatilah kutipan esai dan kritik berikut!


Esai

Tiap kali kita memang bisa mengidentifikasikannya dari sebuah topeng kelelawar yang itu-itu saja. Tapi tiap kali ia dilahirkan kembali sebagai seluruh jawaban baru terhadap tantangan baru. Sebab selalu ada hubungan dengan hal ikhwan yang tak terulang, tak terduga dengan ancaman penjahat besar The Joker atau Bane, dalam krisis Kota Gotham yang berbeda-beda.

 

Sebab itu, Batman bisa bercerita tentang asal mula, tetapi asal mula dalam posisinya yang bisa diabaikan: wujud yang pertama tak menentukan sah atau tidaknya wujud yang kedua dan terakhir. Wujud yang kedua dan terakhir bukan cuma sebuah fotokopi dari yang pertama.

 

Kritik

Di sana, ada semacam kompromi antara semangat eksperimen dengan hasratnya untuk tidak terlalu memberi beban berat bagi pembaca. Rangkaian kalimat panjang yang melelahkan itu, diolah dalam kemasan yang lain sebagai alat untuk membangun peristiwa.

 

Secara tematik, Lelaki Harimau tidaklah mengusung tema besar, pemikiran filsafat, atau fakta historis. Ia berkisah tentang kehidupan masyarakat di sebuah desa kecil.

 

Pencerita seperti sengaja tidak membiarkan dirinya berdiri terpaku pada satu titik. Ia menyoroti satu tokoh. Kemudian, secara perlahan beralih ke tokoh lain.Meski begitu, Lelaki Harimau, dilihat dari sudut itu, tetap saja menghadirkan kekhasannya sendiri. Selain pola alur yang demikian, Eka menggunakan kalimat- kalimat itu sebagai pintu masuk menghadirkan rangkaian peristiwa.

 

 Soal

1. Jelaskan perbedaan penggalan kritik dan esai dilihat dari bahasanya!

2. Jelaskan perbedaan pandangan penulis dalam penggalan kritik dan esai?

 

Selamat Mencoba . . . ! ! !



Selasa, 24 Januari 2023

Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia Fase E : Menyimak Kritis Teks Negosiasi


Menyimak Kritis Teks Negosiasi


A. Menyimak teks negosiasi dengan akurat, kritis, dan 

     reflektif


Kegiatan 1

Kesepakatan antara kedua belah pihak merupakan tujuan negosiasi. Kedua belah pihak harus dapat saling menerima dan mengambil jalan tengah atau solusi yang ditawarkan. Keduanya tidak bersikeras pada kepentingan masing-masing. Untuk mencapai suatu kesepakatan, diperlukan juga cara dan teknik yang tepat agar kedua belah pihak dapat saling menerima penawaran. Untuk lebih memahami proses kesepakatan antara kedua belah pihak, cermatilah contoh teks negosiasi di bawah ini. Silakan minta salah satu teman kalian untuk membacakannya dan simaklah dengan saksama.


Membeli Laptop Baru

Rudi : “Yah, Rudi dengar Ayah baru membelikan ponsel baru ya untuk Wati,” tanya Rudi.

Ayah : “Iya Rud, kenapa? Jangan bilang kamu juga mau, ponsel kamu kan masih bagus,” jawab Ayah sembari menaikkan alisnya.

Rudi : “Nggak kok, Yah. Iya, ponsel Rudi masih bagus kok, tapi …”

Ayah : “Wah, gawat nih kalau ada tapinya,” potong Ayah.

Rudi : “Lebih gawat Rudi, Yah. Belakangan, tugas kuliah semakin banyak dan membutuhkan banyak aplikasi untuk menyelesaikannya, sementara laptop Rudi lambat, Yah.” Rudi meneruskan pembicaraannya.

Ayah : “Jangan bilang kamu mau minta dibelikan laptop baru.”

Rudi : “Iya, Yah. Karena tugas Rudi selalu terhambat. Lagi pula, laptop ini memang sudah cukup berumur, dari Rudi kelas 10 SMA. Padahal, program studi Rudi juga memang membutuhkan laptop yang lebih cepat, Yah. Rudi kan belajar desain. Aplikasi 3D itu membutuhkan daya komputasi tinggi, Yah”

Ayah : “Wah, kamu ini memang bisa saja, tapi kan ayah baru membelikan ponsel untuk adikmu. Uang ayah nanti habis, Rud.”

Rudi : “Pembelian laptop baru tidak harus hari ini kok. Tetapi, Ayah bisa mulai buat rencana anggarannya dari sekarang. Ayah bisa mulai sisihkan dari pengeluaran per bulan.”

Ayah : “Wah, kamu pintar juga ya.”

Rudi : “Iya dong. Oh, ya, untuk membantu, Ayah juga bisa memakai tabungan Rudi kok.”

Ayah : “Oh ya? Ayah coba pikir-pikir dulu ya.”

Rudi : “Coba Ayah pertimbangkan, suatu nanti mungkin Wati juga akan meminta laptop baru pelajaran TIK. Kebutuhan laptop untuk pelajaran TIK tidak seberat belajar desain. Jadi, kalau Ayah membelikan laptop baru untuk Rudi, laptop yang ini bisa diberikan ke Wati kan, Yah. Jadi, Ayah tidak usah membelikan Wati laptop lagi untuk pelajaran TIK.”

Ayah : “Ya, sudah kalau begitu. Ayah akan belikan, tapi…”

Rudi : “Janji, Yah. Rudi akan belajar dengan sungguh-sungguh,” jawab Rudi memotong perkataan Ayah.

Ayah : “Kamu itu… bukan itu maksud Ayah. Kamu kan sudah duduk di perguruan tinggi. Itu sih sudah menjadi kewajiban kamu sendiri untuk sadar akan pentingnya untuk belajar dengan sungguh-sungguh.”

Rudi : “Oh, iya, Yah. Hehe.. kalau begitu apa, Yah?”

Ayah : “Tapi nanti ya, Ayah anggarkan untuk me[1]nabung dulu mulai gajian bulan depan dan kamu

harus tepati janji mau mengajari Wati untuk menggunakan laptop.”

Rudi : “Siap Pak!” jawab Rudi sambil sedikit bercanda.


Beberapa pertanyaan berikut ini didasarkan pada isi teks di atas.

Bentuklah kelompok yang terdiri atas 4-5 siswa. Kemudian, lakukan diskusi kelompok untuk menjawab beberapa pertanyaan di bawah ini!

  1. Siapakah kedua belah pihak yang terlibat dan apa kepentingan tiap[1]tiap pihak dalam teks tersebut?
  2. Siapa yang mengajukan permintaan dalam teks tersebut? Jelaskan apa alasannya!
  3. Menurut kalian, apakah permintaan tersebut disampaikan dengan alasan-alasan yang tepat? Jelaskan!
  4. Jika kalian berposisi sebagai pihak yang mengajukan permintaan dalam teks tersebut, apa saja alasan-alasan yang dapat kalian tambahkan untuk menguatkan permintaan kalian?
  5. Menurut kalian, apakah bahasa yang digunakan saat menyampaikan permintaan dalam teks tersebut sudah cukup baik dan santun? Jelaskan alasannya!
  6. Pada akhirnya, apakah permintaan tersebut dikabulkan? Jelaskan apa alasannya!
  7. Apakah ada persyaratan tertentu agar permintaan tersebut dikabulkan? Jelaskan!
  8. Apakah akhirnya terjadi kesepakatan antara kedua belah pihak? Jelaskan apa saja kesepakatannya!
  9. Menurut kalian, apakah kesepakatan yang terjadi menguntungkan kedua pihak? Jelaskan apa saja keuntungan untuk keduanya!
  10. Menurut pendapat kalian, apa saja yang perlu diperhatikan agar kedua belah pihak dapat mencapai kesepakatan? Jelaskan!


Kegiatan 2

Kedua belah pihak yang bernegosiasi kadang tidak selalu mencapai kesepakatan. Jika kedua belah pihak tidak mencapai kesepakatan, negosiasi tidak terjadi. Sekalipun demikian, kedua belah pihak sering kali meng[1]upayakan negosiasi dengan menghadirkan pihak ketiga sebagai penengah. Pihak penengah atau perantara dianggap pihak netral atau pihak yang tidak memiliki kepentingan apa pun. Akan tetapi, pihak tersebut biasanya diminta bantuannya untuk terlibat agar kedua belah pihak dapat menemukan solusi atau jalan keluar terbaik yang dapat diterima seluruh pihak.

Tidak mudah untuk mencapai suatu kesepakatan atau persetujuan kedua belah pihak. Ada faktor-faktor yang menentukan dan hal-hal yang perlu diperhatikan agar kesepakatan kedua pihak dapat tercapai. Untuk lebih memahami hal tersebut silakan kalian mencermati teks berikut.

Bacalah dengan saksama!


Latihan Pentas Musik

Pak Joko : “Selamat siang, Pak Ade.”

Pak Ade  : “Oh, Pak Joko rupanya. Selamat siang juga Pak.”

Pak Joko : “Saya amati putra Pak Ade dan teman-temannya sering latihan musik di rumah ya?”

Pak Ade  : “Oh, iya nih, Pak. Maklum sebentar lagi putra saya mau ikut pentas musik di sekolahnya, Pak.”

Pak Joko: “Oh, ya. Sebelumnya saya minta maaf nih, Pak Ade. Sebagai tetangga, saya harus menyampaikan hal ini karena sudah beberapa hari saya dan keluarga merasa terganggu. Jujur saja, suara yang ditimbulkan oleh latihan musik putra Pak Ade dan teman-temannya terlalu berisik. Saya dan keluarga jadi sulit istirahat. Apalagi istri saya sekarang kan sedang punya anak bayi.”

Pak Ade : “Wah, begitu ya. Maaf saya tidak tahu jika suaranya terdengar sampai rumah Pak Joko. Tapi mau bagaimana lagi ya. Kalau tidak latihan, kasihan juga sama anak saya.”

Pak Joko : “Iya, tapi apa tidak bisa diatur agar suaranya tidak terlalu keras dan hanya dibunyikan pada waktu tertentu saja?”

Pak Ade : “Mohon pengertiannya, Pak. Ini hanya sementara. Mungkin hanya sampai minggu depan. Saya juga tidak ingin mengecewakan anak saya yang akan tampil pentas musik minggu depan.”

Pak Joko : “Kalau memang Pak Ade bersikeras, terpaksa saya harus menyampaikan hal ini pada Pak RT. Nah, itu Pak RT kebetulan lewat. Saya akan membawanya ke sini.”

(Pak Joko menghampiri Pak RT dan menyampaikan keluhannya. Pak RT pun mendatangi Pak Ade)

Pak RT : “Selamat siang, Pak Ade.”

Pak Ade : “Selamat siang juga Pak.”

Pak RT : “Saya mendengar keluhan Pak Joko tentang putra Pak Ade dan teman-temannya yang bermain musik dan mengganggu waktu istirahat tetangga sekitar. Apakah kita bisa mencari solusi terbaik atas masalah ini, Pak?”

Pak Ade : “Iya, Pak RT. Saya akui, putra saya dan teman-temannya sering bermain musik di rumah, tapi itu hanya sementara sampai minggu depan karena mereka akan pentas musik, Pak. Mohon pengertiannya.”

Pak Joko : “Tidak bisa, Pak Ade. Saya sudah cukup bersabar selama bebe[1]rapa hari terganggu. Suara putra Pak Ade dan teman-temannya yang bermain musik terlalu bising sehingga saya sulit untuk tidur siang. Selain itu, kebetulan juga saya kan lagi punya anak bayi sekarang. Kasihan juga bayi saya sering menangis karena ada musik yang keras.”

Pak RT : “Mohon bersabar Bapak-Bapak. Jangan emosi dulu ya. Begini saja, kebetulan RT kita memiliki fasilitas ruang musik tidak jauh dari sini yang mungkin bisa digunakan untuk latihan putra Pak Ade dan teman-temannya. Tempatnya cukup layak dan memiliki peredam suara. Dengan demikian, putra Pak Ade dan teman-temannya masih bisa latihan musik dan Pak Joko beserta keluarga tidak lagi terganggu. Bagaimana Bapak-Bapak?”

Pak Ade : “Oh, begitu. Kalau memang ada tempat lain yang cocok, dekat, dan bisa digunakan, saya sih tidak keberatan, Pak.”

Pak Joko : “Oh, syukurlah kalau begitu. Kalau memang bisa latihan di tempat lain, saya dan keluarga bisa tenang.”

Pak RT : “Syukurlah, kalau Pak Ade dan Pak Joko bisa menerima. Nanti Pak Ade silakan minta putra Pak Ade dan teman-temannya tuk memindahkan alat-alat musiknya. Saya akan menyiapkan dulu tempatnya.”

Pak Ade : “Baik. Pak RT. Segera saya laksanakan. Terima kasih banyak atas bantuan Bapak.”

Pak Joko : “Saya juga terima kasih Pak RT atas solusinya. Terima kasih juga Pak Ade atas pengertiannya.”

Pak Ade : “Iya, Pak Joko. Saya juga mohon maaf ya, sudah membuat keluarga Pak Joko tidak nyaman.”

Pak RT : “Baiklah, kalau begitu saya pamit dulu ya, Bapak-Bapak. ”

Pak Ade dan Pak Joko : “Ya, Pak. Silakan.”


        Berdasarkan teks di atas, dapat diketahui beberapa faktor yang menentukan keberhasilan suatu negosiasi. Agar kalian lebih memahaminya, silakan diskusikan beberapa perilaku atau sikap yang mencerminkan hal/faktor yang menentukan keberhasilan suatu negosiasi sesuai dengan teks tersebut.


Tabel isian faktor yang memengaruhi keberhasilan negosiasi

No

Faktor yang Memengaruhi Keberhasilan Negosiasi

Bukti dalam Teks

1

Bersedia kompromi menerima keinginan pihak lain

Pak Ade bersedia memindahkan latihan musik putranya ke tempat musik milik RT

2

Semua pihak tidak dirugikan

....

3

Alasan disampaikan secara logis, jelas, tepat, dan sesuai dengan fakta

....

4

Hasil kesepakatan dapat dilakukan secara langsung

....

5

Pengajuan disampaikan dengan sopan, santun, dan baik

....

6

Kedua pihak tidak saling memaksakan kehendak atau keinginan

....

7

Mementingkan kepentingan bersama

....

Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia Fase E : Menilai Informasi dan Membandingkan Isi Teks


Menilai Informasi dan Membandingkan Isi Teks


B. Menilai informasi dan membandingkan isi teks deskripsi 

     dan teks negosiasi secara akurat


Kegiatan 1

Teks negosiasi dapat ditampilkan dalam berbagai bentuk. Kalian dapat menemukan negosiasi dalam bentuk dialog berupa percakapan dengan kalimat langsung antara kedua belah pihak. Ada pula teks narasi yang merupakan penggabungan antara dialog dan narasi. Selain itu, kalian juga dapat menemukan teks negosiasi yang berbentuk surat, misalnya surat penawaran.


    Untuk lebih memahami teks negosiasi berbentuk surat penawaran, cermatilah dengan saksama contoh deskripsi perusahaan dan surat penawaran di bawah ini! Bandingkan informasi di dalamnya! Selanjutnya, lakukan diskusi kelompok untuk menjawab beberapa pertanyaan di bawahnya!


Teks 1: Deskripsi Perusahaan

       Kebutuhan masyarakat akan produk alat tulis kantor yang berkualitas, terjamin, dan memiliki harga yang kompetitif menjadi latar belakang hadirnya perusahaan kami, PT Rajin Sukses Kreatif, yang bergerak dalam bidang pengadaan alat tulis kantor. Tepatnya pada 20 April tahun 2000, PT Rajin Sukses Kreatif didirikan di Bandung. Kantor pusat kami berada di Jalan Soekarno Hatta, Bandung, Jawa Barat. Pada awalnya, kami hanya memiliki dua pabrik produksi dan tiga cabang pemasaran di Bandung dan Jakarta. Kini, setelah berkiprah selama lebih dari 20 tahun, perusahaan kami telah berkembang menjadi lima pabrik produksi dan lebih dari 20 cabang pemasaran di hampir setiap kota besar di Indonesia. Saat ini, perusahaan kami didukung oleh peralatan produksi canggih, tenaga kerja profesional, manajemen yang kuat, dan pengawasan kualitas produk yang terjaga.


    Kepuasan konsumen menjadi prioritas kami. Produk alat tulis kantor yang kami hasilkan memiliki jaminan kualitas yang terpercaya dengan standar mutu internasional, aman, dan harga yang bersaing. Sebagai bukti kepuasan konsumen, telah cukup banyak lembaga, instansi, perusahaan, dan konsumen swasta lainnya yang bekerja sama dan menjadi pelanggan produk kami. Selain itu, perusahaan kami juga selalu berinovasi menghadirkan produk-produk terbaru dan beragam dengan melalui hasil riset dan survei mengenai produk-produk yang diinginkan konsumen. Hal ini didukung juga dengan visi dan misi perusahaan, yaitu menjadi perusahaan yang maju di tingkat nasional dan internasional dengan berorientasi pada kepuasan konsumen.


Teks 2: Surat Penawaran Perusahaan

Setelah mencermati deskripsi perusahaan dan surat penawaran di atas, silakan bentuk kelompok yang terdiri atas 4-5 anggota. Selanjutnya, lakukan diskusi kelompok untuk menjawab beberapa pertanyaan berikut.

  1. Menurut kalian, apa saja perbedaan kedua teks di atas berdasarkan bentuk dan jenisnya!
  2. Menurut kalian, apakah perbedaan kedua teks di atas berdasarkan tujuan penulisannya?
  3. Pada teks satu dan dua terdapat frase harga kompetitif dan harga bersaing. Jelaskan apa maksud dari kedua frase tersebut!
  4. Apa saja perbedaan informasi tentang perusahaan yang terdapat dalam teks satu dan teks dua? Jelaskan!
  5. Apa saja persamaan informasi tentang perusahaan yang terdapat dalam teks satu dan dua? Jelaskan!
  6. Sebagai sebuah deskripsi perusahaan, apakah teks tersebut telah cukup sesuai dan lengkap? Apabila belum lengkap, tuliskan saran perbaikannya!
  7. Sebagai sebuah deskripsi perusahaan, apakah kalimat-kalimat dalam teks tersebut telah cukup efektif, jelas, dan mudah dipahami? Apabila belum, tuliskan saran perbaikannya!
  8. Sebagai sebuah surat penawaran, apakah bahasa surat tersebut sudah cukup baik dan santun? Apabila belum baik dan santun, tuliskan saran perbaikannya!
  9. Sebagai sebuah surat penawaran, apakah isi dan alasan dalam surat tersebut sudah tepat dan menarik? Apabila belum tepat dan menarik, tuliskan saran perbaikannya!
  10. Setujukah kalian jika surat penawaran tersebut termasuk teks negosiasi? Jelaskan alasannya!