Selasa, 18 April 2023

Refleksi Implementasi 3.1.a.9_Aksi Nyata_Modul 3.1


 Refleksi Implementasi Aksi Nyata

Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin


Tujuan Pembelajaran Khusus : CGP dapat mempraktikkan proses pengambilan keputusan, paradigma, prinsip, dan pengujian keputusan di sekolah CGP.


Berikut adalah pemaparan Aksi Nyata Modul 3.1 tentang Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran yang berisi 4 P yaitu Peristiwa, Perasaan, Pembelajaran dan Penerapan yang akan saya lakukan terhadap aksi nyata modul 3.1.


Peristiwa

Latar Belakang masalah yang dihadapi adalah masalah saya sendiri.


Kasus yang terjadi adalah kisah nyata yang dialami oleh CGP sendiri (Imam Muhlis).

Saya adalah guru Bahasa Indonesia SMK, yang sejak tahun 2020 hingga kini mempunyai tugas / kegiatan tambahan sebagai Kapala Perpustakaan. Selain itu saya juga sedang mengikuti kegiatan Pelatihan Guru Penggerak Angkatan 7.

Pada tahun pelajaran 2022 / 2023 saya diminta untuk menjadi pembina ekstrakurikuler Karya Ilmiah Remaja sekaligus mengelola Jurnaslistik Sekolah.

Saya merasa bimbang, apakah saya sanggup mengerjakan semua amanah ini bersamaan? menjadi pembina ekstrakurikuler Karya Ilmiah Remaja sekaligus mengelola Jurnaslistik Sekolah, mengikuti pelatihan Guru Penggerak, dan menjadi Kepala Perpustakaan ?

Alasan mengapa melakukan aksi nyata ini adalah yang pertama untuk mempraktikkan ilmu yang sudah saya pelajari pada modul 3.1, selanjutnya saya ingin membuat keputusan yang tepat terhadap dilema etuka yang saya hadapi.


Berikut adalah hasil aksi Nyatanya

A. Dilema etika yang terjadi

Benar versus Benar. Memang benar saya lebih berkonsentrasi menjadi Kepala Perpustakaan dan mengikuti Pelatihan Guru Penggerak karena semua itu untuk meningkatkan kualitas saya sebagai seorang Guru. Dan memang benar juga saya ikut berpartisipasi menjadi pembina ekstrakurikuler Karya Ilmiah Remaja sekaligus mengelola Jurnaslistik Sekolah, karena memang saya berkewajiban sebagai Guru untuk menjadi bagian dari program pengembangan peserta didik, sebagai bukti bhakti saya kepada sekolah tempat saya mengajar.


B. Paradigma Dilema etika yang terjadi : Individu lawan kelompok (individual vs community)

Saya sebagai seorang individu yang mempunyai hak untuk menolak menjadi pembina ekstrakurikuler Karya Ilmiah Remaja sekaligus mengelola Jurnaslistik Sekolah, karena kesibukan saya sebagai Kepala Perpustakaan dan mengikuti Peatihan Guru Penggerak angakatan 7. Ada ketakutan saya tidak bisa mengemban amanah sebagai menjadi pembina ekstrakurikuler Karya Ilmiah Remaja sekaligus mengelola Jurnaslistik Sekolah dengan baik,karena belum dapat memanage waktu dengan baik.

Sekolah sebagai komunitas (kelompok / masyarakat) menginginkan saya untuk menjadi menjadi pembina ekstrakurikuler Karya Ilmiah Remaja sekaligus mengelola Jurnaslistik Sekolah, karena memang ide, gagasan saya diperlukan untuk kesuksesan pengembangan program sekolah. Dan memang sudah menjadi kewajiban saya sebagai Guru harus berpartispasi aktif dalam kegiatan dan kemajuan sekolah tempat saya mengajar.


C. Prinsip pengambilan keputusan : Berpikir berbasis rasa peduli (Care Based Thinking) .

Saya sebagai Guru mempunyai kepedulian terhadap kepentingan sekolah (komunitas), saya lebih mengedepankan kepentingan sekolah (komunitas) daripada kepentingan individu.


D. Memuat 9 langkah pengambilan keputusan

1. Apa nilai-nilai yang saling bertentangan dalam kasus tersebut?

Nilai-nilai yan saling bertentangan dalam kasus tersebut adalah Individu lawan kelompok / masyarakat (individual vs community) .

Saya sebagai seorang individu yang mempunyai hak untuk menolak menjadi menjadi pembina ekstrakurikuler Karya Ilmiah Remaja sekaligus mengelola Jurnaslistik Sekolah, karena kesibukan saya sebagai Kepala Perpustakaan dan mengikuti Peatihan Guru Penggerak angakatan 7. Ada ketakutan saya tidak bisa mengemban amanah menjadi menjadi pembina ekstrakurikuler Karya Ilmiah Remaja sekaligus mengelola Jurnaslistik Sekolah dengan baik,karena belum dapat memanage waktu dengan baik.

Sekolah sebagai komunitas (masyarakat) menginginkan saya untuk menjadi menjadi menjadi pembina ekstrakurikuler Karya Ilmiah Remaja sekaligus mengelola Jurnaslistik Sekolah, karena memang ide, gagasan saya diperlukan untuk kesuksesan pengembangan program sekolah. Dan memang sudah menjadi kewajiban saya sebagai Guru harus berpartispasi aktif dalam kegiatan dan kemajuan sekolah tempat saya mengajar.


2. Siapa yang terlibat dalam situasi tersebut ?

Saya sebagai individu yang mengalami dilema etika.

Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah sebagai pihak yang membuat SK pembagian tugas.


3. Apa fakta-fakta yang relevan dengan situasi tersebut

  • Kepala Sekolah dan Jajaran Managemen Sekolah menginginkan saya berpartisipasi aktif menjadi pembina ekstrakurikuler Karya Ilmiah Remaja sekaligus mengelola Jurnaslistik Sekolah.
  • Saya mempunyai tugas lain selain sebagai Guru di sekolah, saya juga sebagai Kepala Perpustakaan dan sedang mengikuti Pelatihan Guru Penggerak angkatan 7 selama berbulan-bulan dengan beragam kegiatan yang telah terstruktur.
  • Saya mempunyai kebimbangan akankah saya sanggup untuk mengemban amanah semuanya, dan dapat melaksanakan dengan baik, karena saya belum bisa memanage waktu dengan baik.


4. Mari kita lakukan pengujian benar atau salah terhadap situasi tersebut

  • Apakah ada aspek pelanggaran hukum dalam situasi tersebut? (Uji legal)

Tidak ada aspek pelanggaran hukum dalam situasi

  • Apakah ada pelanggaran peraturan/kode etik profesi dalam kasus tersebut? (Uji regulasi)

Tidak ada pelanggaran peraturan/kode etik dalam kasus tersebut

Berdasarkan perasaan dan intuisi Anda, apakah ada yang salah dalam situasi ini? (Uji instuisi)

Tidak Ada yang salah dalam dalam situasi tersebut.

  • Apa yang anda rasakan bila keputusan Anda dipublikasikan di halaman depan koran? Apakah anda merasa nyaman?

Jika keputusan yang saya ambil dalam kasus seperti ini dipublikasikan, maka saya akan merasa nyaman tidak akan merasa terganggu dengan viralnya atas keputusan saya, karena siapa tahu bisa menjadikan inspirasi atas masalah orang lain yang memiliki kasus serupa.

Kira-kira, apa keputusan yang akan diambil oleh panutan/idola Anda dalam situasi ini?

Keputusan yang akan diambil oleh idola atau panutan saya adalah akan melaksanakan semua amanah yang diberikan dengan baik, berlatih memanage waktu sebaik mungkin, mengerjakan secara optimal pada tiap amanah yang diberikan, dan selalu menganggap bahwa pekerjaan kita adalah hal yang kita suka dan cinta sehingga mengerjakan dengan bahagia tanpa beban.


5. Jika situasinya adalah situasi dilema etika, paradigma mana yang terjadi pada situasi tersebut?

Paradigma Dilema etika yang terjadi : Individu lawan masyarakat (individual vs community)

Saya sebagai seorang individu yang mempunyai hak untuk menolak menjadi menjadi pembina ekstrakurikuler Karya Ilmiah Remaja sekaligus mengelola Jurnaslistik Sekolah, karena kesibukan saya sebagai Kepala Perpustakaan dan mengikuti Peatihan Guru Penggerak angakatan 7. Ada ketakutan saya tidak bisa mengemban amanah sebagai panitia persiapan akreditasi dengan baik,karena belum dapat memanage waktu dengan baik.

Sekolah sebagai komunitas (kelompok / masyarakat) menginginkan saya untuk menjadi menjadi pembina ekstrakurikuler Karya Ilmiah Remaja sekaligus mengelola Jurnaslistik Sekolah, karena memang ide, gagasan saya diperlukan untuk kesuksesan akreditasi sekolah. Dan memang sudah menjadi kewajiban saya sebagai Guru harus berpartispasi aktif dalam kegiatan dan kemajuan sekolah tempat saya mengajar.


6. Dari 3 prinsip penyelesaian dilema, prinsip mana yang akan dipakai

Prinsip pengambilan keputusan : Berpikir berbasis rasa peduli (Care Based Thinking).

Saya sebagai Guru mempunyai kepedulian terhadap kepentingan sekolah (komunitas), saya lebih mengedepankan kepentingan sekolah (komunitas) daripada kepentingan individu.


7. Apakah ada sebuah penyelesaian yang kreatif dan tidak terpikir sebelumnya untuk menyelesaikan masalah ini (Investigasi Opsi Trilemma)?

Ada, yaitu saya memberi saran kepada Kepala Sekolah dan jajaran Managemen Sekolah untuk mencari guru pengganti saya sebagai pembina ekstrakurikuler Karya Ilmiah Remaja sekaligus mengelola Jurnaslistik Sekolah. Karena supaya lebih berkonsentrasi dalam menjalankan tugas sebagai pembina ekstrakurikuler Karya Ilmiah Remaja sekaligus mengelola Jurnaslistik Sekolah.


8. Apa keputusan yang akan Anda ambil?

Atas perasaan tanggung jawab dan kepedulian terhadap program dan kemajuan sekolah, maka saya akan merasa terpanggil untuk menerima dan melaksanakan tugas serta amanah yang dipercayakan kepada saya dari Sekolah meskipun saya sangat sibuk.


9. Coba lihat lagi keputusan Anda dan refleksikan.

Dengan keputusan yang sudah saya ambil, terdapat konsekuensi yang harus saya lakukan yaitu belajar untuk memanage waktu sebaik mungkin, sehingga saya bisa melaksanakan semua amanah ini dengan sangat baik,

Jika samapai gagal dalam memanage waktu dengan baik, maka konsekuensinya semua amanah ynag diberikan kepada saya tidak bisa dilaksanakan dengan baik, hal ini dapat merugikan pihak sekolah. Untuk itu saya harus benar-benar bisa meanage waktu dengan baik.

Tantangan dalam memanage waktu akan membuat kualitas pribadi saya menajdi lebih baik, untuk itu keputusan ini adalah keputusan tepat dan saya bisa menjadi pribadi yang lebih baik.


Perasaan

Perasaan saya melaksanakan tugas aksi nyata adalah sangat antusias dan bahagia, karena dapat mempraktikkan ilmu yang saya pelajari pada midul 3.1 mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran yaitu pada kasus dilema etika yang saya lalui. Sehingga ada perasaan apakah benar keputusan yang saya ambil? apakah keputusan yang saya ambil sudah tepat? atau ada pihak yang dirugikan? Jadi perasaan bahagia bercampur dengan cemas pada saat melakukan aksi nyata pengambilan keputusan, berharap bila keputusan yang diambil adalah yang terbaik untuk semuanya.


Pembelajaran

Pembelajaran yang saya peroleh adalah :

Keberhasilan : Saya belajar teori modul 3.1 tentang pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, dan dari awal pelatihan modul 3.1 saya sudah terbiasa dengan teori yang langsung di praktikkan ke sekolah, sehingga teori tersebut dapat terekam dengan baik, dan praktik aksi nyata dapat b erhasil di lakukan dengan lancar.

Kegagalan: Pada proses aksi nyata, saya kesulitan dalam menentukan kasus dilema etika yang akan saya ambil untuk praktik aksi nyata, walaupun akhirnya saya menentukan kasus yang memang sedang saya alami.


Penerapan

Penerapan yang akan saya lakukan adalah selalu mempraktikkan pengambilan keputusan denga metode 9 langkah pengambilan keputusan di sekolah, sehingga saya akan semakin mengerti dan terbiasa dengan model pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Selain itu saya juga akan mempublikasikan hasil aksi nyata di media sosial, mudah-mudahan dapat menjadi inspirasi bagi Guru yang mempunyai kasus yang sama ataupun untuk diambil teori praktik pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran.


Rabu, 12 April 2023

Tugas 3.1.a.8. Koneksi Antarmateri - Modul 3.1

 

 Koneksi Antarmateri Modul 3.1


Tujuan Pembelajaran Khusus:
  1. CGP membuat kesimpulan (sintesis) dari keseluruhan materi yang didapat, dengan beraneka cara dan media.
  2. CGP dapat melakukan refleksi bersama fasilitator untuk mengambil makna dari pengalaman belajar dan mengadakan metakognisi terhadap proses pengambilan keputusan yang telah mereka lalui dan menggunakan pemahaman barunya untuk memperbaiki proses pengambilan keputusan yang dilakukannya.

Panduan Pertanyaan untuk membuat Rangkuman Kesimpulan Pembelajaran (Koneksi Antarmateri):

  • Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?
  • Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
  • Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘ coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘ coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.
  • Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?
  • Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?
  • Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
  • Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?
  • Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?
  • Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
  • Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
  • Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?
  • Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?
  • Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
  • Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Guru sebagai pemimpin pembelajaran harus dapat mengambil keputusan yang tepat, yang pastinya berdampak positif terhadap murid, rekan kerja dan masyarakat, sehinngga tidak ada pihak yang dirugikan, semua merasakan dampak positif atas keputusan yang telah di buat.

Berikut adalah koneksi materi antara modul 3.1 pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran dengan modul- modul sebelumnya yang sudah dipelajari pada pelatihan Guru Penggerak.


Filosofi Pratap Triloka Ki Hajar Dewantara

Pada modul 3.1 ini mempelajari tentang pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran sesuai dengan filosofi Pratap Triloka Ki Hajar Dewantara yaitu

  1. Ing Ngarsa sung tuladha yang artinya di depan memberi contoh. Sebagai pemimpin pembelajaran, Guru harus dapat memberi contoh terhadap murid- muridnya, terhadap rekan kerja dan lingkungan masyarakat, sehingga keputusan yang diambil harus mencerminkan sebagai pemimpin pembelajaran yang dapat menjadi contoh yang baik atau teladan bagi murid, rekan Guru dan lingkungan masyarakat.
  2. Ing Madya mangun karsa yang artinya di tengah memberikan inspirasi bagi murid, rekan Guru dan lingkungan masyarakat. Dalam pengambilan keputusan pasti akan ada pertimbangan bahwa apakah keputusan yang diambil bisa menjadi inspirasi bagi murid, rekan Guru dan masyarakat? lebih mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi.
  3. Tut Wuri Handayani artinya di belakang memberikan dorongan. Sebagai pemimpin pembelajaran Guru dalam mengambil keputusan harus bisa mendorong murid, rekan kerja dan masyarakat kepada hal yang baik, yang bermanfaat buat kemajuan Pendidikan di Indonesia.

Prinsip Pengambilan Keputusan Berdasarkan Nilai Kebaikan Diri.

Nilai kebaikan yang kita pegang selam ini digunakan untuk pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Misalnya nilai kebaikan yang saya pegang adalah nilai kejujuran, empati, tanggung jawab, inspiratif dan selalu berbagi. Sehingga semua keputusan yang saya ambil harus sesuai dengan nilai kebaikan yang saya pegang, hal ini membuat keputussn yang saya ambil akan sesuai dengan kepribadian dan prinsip hidup saya. Jika keputusan yang kita ambil sesuai dengan prinsip hidup kita, maka keputusan itu akan kita laksanakan dengan baik dan penuh tanggung jawab.

Pengujian Keputusan yang diambil dengan praktik Coaching

Dalam rangka untuk menguji keputusan yang diambil, kita bisa gunakan dengan metode coaching. Metode coaching merupakan metode bukan menggurui tetapi lebih untuk memunculkan kekuatan diri, sehingga solusi berasal dari coachee bukan dari coach. Pada saat keputusan yang kita ambil, terkadang ada banyak pertanyaan apakah keputusan yang kita ambil adalah yang terbaik, atau apakah keputusan kita sudah efektif dan efisien, maka kita bisa menggunakan dengan praktik coaching model TIRTA, dimana kita melakukan pengujian keputusan dengan tahap menemukan tujuan umum, menemukan identifikasi masalah, sehingga keputusan yang diambil dapat dipertanggungjawabkan dan semua itu bukan berasal dari coach tetapi dari coachee sebagai pembuat keputusan.

Kemampuan Guru dalam Pengambilan Keputusan berdasarkan Aspek Sosial Emosional

Salah satu tujuan pembelajaran sosial emosional adalah membuat keputusaan yang bertanggung jawab dan menunjukkan rasa empati terhadap orang lain. Untuk itu sebagai pemimpin pembelajaran Guru harus dapat membuat keputusan yang dapat di pertanggungjawabkan dan tetunya mengandung rasa empati terhadap murid, rekan kerja ataupun masyarakat sehingga keputusan yang diambil membuat semua nyaman, tidak merugikan orang lain. Untuk itu sebagai Guru kita harus bisa menjalankan pembelajaran sosial emosional, agar-agar murid- murid kita juga nantinya akan dapat membuat keputusan yang dapat di pertanggungjawabkan dan mempunyai rasa empati terhadap sesama.

Pembahasan Studi Kasus Moral dan Etika sesuai dengan Nilai yang di anut oleh Guru

Pada pengambilan keputusan pada kasus moral etika, di sesuaikan dengan nilai kebaikan yang di anut oleh Guru sehingga Guru dapat membuat keputusan yang tepat dan dapat memperbaiki moral etika peserta didiknya, bila memang terjadi penyimpangan, atau paling tidak sebagai bahan pencegahan agar tidak terjadi pelanggaran moral etika. Sebagai Guru kita harus bisa menjadi contoh yang baik untuk para murid kita, rekan Guru dan lingkungan masyarakat sehingga seorang Guru yang di gugu dan di tiru benar- benar dapat tercapai.

Ketepatan Pengambilan Keputusan berdampak pada Lingkungan yang Positi, Kondusif, Aman dan Nyaman

Pengambilan keputusan yang tepat akan menjadi keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan dengan baik. Keputusan yang tepat akan mebuat semua orang yang berhubungan kan merasa nyaman, aman, dan pastinya lingkungan akan kondusif, semua bisa menerima dengan baik dan ikhlas. Akhirnya keputusan yang diambil akan berdampak pada kondisi lingkungan yang kondusif, aman, dan Nyaman.

Kesulitan- kesulitan dalam Pengambilan Keputusan di Lingkungan Sekolah

Kesulitan yang dialami pada saat mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran adalah

  1. Tidak semua murid, rekan kerja atau pun masyarakat dapat menerima dengan ikhlas keputusa yang kita ambil.
  2. Pasti ada pro dan kontra terhadap keputusan yang kita ambil
  3. Bila keputusan yang diambil terlalu sesuai aturan, maka kita akan berhadapan dengan orang- orang yang terbiasa melanggar peraturan dan itu dianggap hal yang wajar.
  4. Keputusan yang kita ambil bisa membuat kita tidak di sukai oleh murid, rekan Guru ataupun masyarakat.
  5. Untuk mendapatkan kesepakatan bersama akan susah bila setiap individu mempunyai ego masing- masing.

Pengaruh Pengambilan Keputusan dengan Pembelajaran berpihak Murid

Pengambilan keputusan yang tepat harus di dasarkan pada kepentingan murid, harus bisa berpihak pada murid. Misalnya kepentingan murid lebih di utamakan daripada kepentingan pribadi. Semua pengambilan keputusan dikembalikan lagi ke arah murid, apakah murid menyetujui, apakah berpihak pada murid, apakah lebih mengutamakan kepentingan murid, apakah membuat semua murid nyaman? apakah dapat mengoptimalkan potemnsi yang dimiliki oleh murid? semua pertanyaan itu dapat menjawab apakah keputusan yang diambil berpihak pada murid atau tidak. Dan tentunya bila keputusan yang diambil menggunakan 9 langkah dalam pengambilan keputusan maka dapat dipastikan keputusan tersebut berpihak pada murid.

Pengambilan Keputusan Seorang Pemimpin Pembelajaran dapat Mempengaruhi Masa Depan Murid- murid.

Keputusan yang diambil Guru sebagai pemimpin pembelajaran pasti akan berpengaruh terhadap masa depan murid, sehingga keputusan tersebut harus berpihak pada murid, dan tentunya dapat mengoptimalkan potensi murid sehingga keputusan tersebut sangat bermanfaat dan berpengaruh terhadap masa depan murid.

Keputusan yang dapat membuat murid dapat mengetahui bakat minatnya sehingga murid dapat mandiri dengan kehidupannya.

Kesimpulan Pembelajaran Modul 3.1 Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran

Kesimpulan pembelajaran modul 3.1 Pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran merupakan materi yang wajib dikuasai oleh setiap Guru karena sangat bermanfaat, untuk Guru, rekan Guru yang lain, peserta didik dan lingkungan masyarakat. Pada saat kita mengalami dilema etika, kita harus memilih salah satu diantara 2 hal yang baik dan benar, maka kita harus memahami paradigma dilema etika, prinsip pengambilan keputusan dan tentunya 9 langkah pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Setalah kita mengambil keputusan, kita akan uji keputusan tersebut dengan praktik Coaching model TIRTA. Dan selain itu kita juga harus dapat mempraktikkan pembelajaran sosial dan emosional sehingga keputusan yang diambil bermanfaat untuk semua murid, rekan Guru dan Masyarakat. Semua itu kita lakukan karena kita memegang prinsip kebaikan, kita mengikuti filosofi Ki Hajar Deantara, pembelajaran yang berpihak pada murid dengan 3 semboyan Ki hajar Dewantara yang menjadi pedoman Guru menjadi pengajar dan pemimpin pembelajaran.